Sebentar lagi umat muslim akan
merayakan lebaran (Idul Fitri) hal ini di tandai dengan berakhirnya bulan
ramadhan dan di awali dengan di kumandangkannya takbir. Namun masih banyak
diantara kita yang salah kaprah dalam mengartikan lebaran dan terlewatkan
sebagai rutinitas. Lebaran bukanlah milik orang yang berbaju baru, melainkan
milik orang-orang yang berhasil meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah.
Sehingga hari-hari selanjutnya akan menjadi lebih baik, semakin taat kepada
Allah, mudah memaafkan dan meminta maaf. Sebagian ulama’ ada yang mengartikan
bahwa hakikat lebaran bukanlah yang selalu kita rayakan di bulan syawal ini. Menurut Imam Ghazali menggolongkan hakikat lebaran menjadi 4 kategori, yaitu :
- Orang dikatakakan benar – benar berlebaran apabila dalam satu hari orang tersebut tercatat tidak pernah melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Hal ini tentunya sulit akan tetapi bukan berarti tidak mungkin untuk bisa dilakukan. Jika seseorang tersebut tinggi tingkat ketaqwaannya kepada Allah, maka kemungkinan kecil orang tersebut akan melakukan dosa, karena orang yang takut Allah takut pula jika melakukan perbuatan yang dilarang Allah meskipun perbuatan tersebut sepele. Misal menggunjing, berprasangka buruk dan lain sebagainya.
- Orang akan dikatakan benar – benar berlebaran jika ketika orang tersebut meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Hal tersebut tentunya akan bisa terjadi jika dalam setiap saat yang dilakukan orang tersebut hanyalah kebaikan. Sehingga ketika ajal menjemput dalam kondisi melakukan kebaikan.
- Orang akan dikatakan benar benar berlebaran jika kelak bisa melewati jembatan sirothol mustaqim seperti petir yang menyambar dan masuk surga. Hal tersebut tentunya juga berkaitan dengan amal yg dilakukan orang tersebut ketika masih di dunia.
- Kategori yg ke empat merupakan puncaknya nikmat yaitu orang akan dikatakan benar – benar berlebaran jika kelak masuk surga dan ketemu dengan Allah. Hal tersebut bisa di ibaratkan jikalau kita bertamu ke rumah seseorang dan ketemu dengan tuan rumahnya, maka tingkat kebahagiaan yang dirasakan tentunya berbeda dengan kalau tidak ketemu dengan tuan rumahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar