Sabtu, 14 September 2013

Mengembangkan Potensi Anak Melalui Pentas Kreasi

Pentas Kreasi, salah satu program kegiatan kami untuk mengembangkan potensi anak. Kegiatan ini sudah berjalan beberapa tahun yaitu berupa kegiatan pementasan sekelompok anak yang dijadwal setiap minggunya. Dimana tiap anak memiliki peran disana. ada yang menjadi MC, Pembaca tilawah, pidato, baca puisi, penampilan kreasi yang lainnya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi, mental keberanian, kerjasama, kreativitas anak. Alhamdulillah dengan kegiatan ini anak-anak semakin berani tampil di depan umum. Setiap pertemuan pengurus mulai di pimpin oleh anak-anak (MC dan pembaca tilawah). Bahkan ada beberapa anak kami meraih prestasi dalam bidang pidato, yaitu Juara I Pidato Bahasa Jawa oleh Indah Nur Cahyani, Juara I Story Telling oleh M Khirul Anam dan Juara III Story Telling dalam peringatan Hari Anak Se Kota Semarang tahun 2012. Sehingga kegiatan ini terus kami kembangkan untuk selalu memacu anak untuk berkreasi secara positif.

Sabtu, 07 September 2013

Setiap Penyakit Ada Obatnya


“Tiap-tiap penyakit ada obatnya, apabila suatu obat mengenai penyakit, maka sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah SWT” ( HR. Muslim)
Demikian pernyataan Rasulullah seperti juga janjinya yang telah terbukti tentang jatuhnya konstantinopel. Banyak diantara kita yang bertanya-tanya dan berharap-cemas siapa gerangan komandan pasukan yang mampu menaklukkan Roma kota berikutnya setelah penaklukan Muhammad Al-Fatih terhadap Konstantinopel.
Entah adakah yang bertanya-tanya siapa yang akan merealisasikan hadits Rasul di atas, bahwa setiap penyakit ada obatnya, adakah diantara kita yang bersegera menyambut tantangan ini ?
Aktivitas penelitian untuk mencari obat suatu penyakit nyata adalah bagian dari tanggung jawab umat Islam. Tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan keseriusan setara dengan upaya dakwah di bidang lainnya, sampai jelas benar kemahakuasaan Allah yang Menghidupkan dan Mematikan makhluknya bila telah tiba di penghujung usia. Setelah itu terbukalah mata manusia, dan tidak ada lagi alasan kecuali beriman dengan sebenar-benar iman.
“Ketika obat bertemu penyakit” tidaklah berbeda dengan ketika ligan bertemu reseptornya secara kompetitif dengan mekanisme Lock & Key, atau saat Sel T CD8 bertemu sel APC, atau Histon asetilase terhadap Histon H3K4.  Disana ada hukum sebab-akibat yang bekerja terkadang terjadi secara kasat mata tapi lebih sering hanya dapat dipantau aktivitas dan hasilnya, dengan izin Allah terjadi mekanisme sunnatullah yang mungkin sekali belum pernah kita fikirkan kecuali kita mau mentadabburi diri kita sendiri dengan tekhnik-tekhnik biologi molekuler dan genetika terkini.
Pada tahun 2006 sekelompok peneliti di Universits Kyoto menemukan bahwa mereka dapat memprogram ulang sel dewasa yang telah terdiferensiasi menjadi sel punca yang mirip sekali dengan karakter sel punca embrional. Tekhnologi sel punca amat dibutuhkan untuk merealisasikan mimpi kedokteran regeneratif, terobosan telah dilakukan, problem etika dan reaksi penolakan host dapat dilewati. Sekarang terbuka lapangan luas untuk mencari obat dan tehnik pengobatan yang saat ini masih mimpi, mengobati penyakit-penyakit genetika, familial, Diabetes, Stroke, Parkinson, dan lain-lain. Mimpi itu saat ini terasa amat realistis, menemukan obat untuk setiap penyakit kecuali mungkin untuk Tua dan Kematian.
Dimana umat Islam dan khususnya para aktivits dakwah dalam perlombaan global ini? Perlombaan yang sejatinya tidak lain adalah pembuktian bahwa tiap-tiap penyakit ada obatnya. Dimana kita kalau hari ini masih mempercayai klaim tanpa bukti sahih, tidak peduli mekanisme kerja dan sebab-akibat, abai terhadap kriteria nilai thayyib zat yang dikonsumsi. Pengobatan ala Nabi bagi saya adalah ketika benar-benar suatu single compound bertemu dengan target molekulnya. Takdir kesembuhan adalah terpenuhinya sebab hingga tampak akibatnya, izin Allah tidak lain adalah sunnatullah-Nya yang menunggu untuk kita singkap dan pelajari rahasianya.
Bagaimana mungkin kita tidak tergerak mengisolasi zat aktif dari berbagai obat herbal yang ada, dari jamu, ramuan, atau minyak-minyak itu? Mengisolasinya, mengkarakterisasinya, mencari target molekulnya, mengukur hasil reaksinya, memodifikasi dan seterusnya sampai didapatkan satu compound yang sahih farmakokinetik dan farmakodinamiknya. Pasti tidak terfikir karena kacamatanya sudah terburu-buru menghitung nilai potensial pasar yang ada, pangkal masalahnya pada fikiran pendek.
Pekerjaan 10-20 tahun untuk menemukan satu obat terasa seperti perbuatan bodoh, kalau materi ukurannya, untuk apa bersusah payah kalau dalam 1-2 tahun saja bisa laku keras mendompleng ghirah? Padahal efek samping tidak diketahui, dosis tidak standar, variasi genetik tidak dipertimbangkan, sterilitas dipertanyakan, potensi alergi tidak tahu, bahkan efek terapinya pun belum reproducible.
Jadi kawan, maksud saya, ini ada ladang baru buat para aktivis yang keleleran, potensi besarnya tergerus materi setiap hari, ghirahnya melemah karena berkubang di kolam. Kenapa tidak kirim dia untuk ribath ke perbatasan ilmu, agar berkesempatan mencicipi pahala para pioneer. Ladang ini masih liar bagi kita, asing alam dan adat kebiasaanya, unik kendaraan dan senjatanya, amat deras arus sungai dan debur ombaknya.
Tapi bukankah untuk ini memang sebenarnya kita berdiri, berbaris dan beramal?
Oleh: dr. Indra Kusuma
www.fimadani.com

Pantaskah kita Mengeluh ?


“Huh, lagi-lagi begini. Kapan sih aku hidup bahagia?”
Mungkin tak sedikit dari kita yang suka mengeluhkan cobaan yang datang dari Allah. Tidak mau bersabar dengan bentuk ujian dari Allah bahkan sampai menyalahkan takdir Allah serta tidak mengakui nikmat yang Allah berikan. Orang-orang yang tidak mau mengakui bahwa sebenarnya ia pernah merasakan kebahagiaan namun mengingkarinya seperti kalimat pembuka di atas.
Untuk belajar bagaimana makna kesabaran ada baiknya kita menyimak kisah dari sahabat mulia Ammar bin Yasir radhiyallahuanhuma. Siapa tak mengenal Ammar bin Yasir? Beliau adalah salah satu imam besar dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang termasuk dalam golongan Assabiqunal Awwalun, yakni orang-orang yang pertama kali masuk islam.
Ayahnya bernama Yasir bin Amir  dan Ibunya bernama Sumayyah binti Kubbath. Ayah dan Ibunya adalah orang pertama dan kedua yang menjemput kesyahidan ketika mempertahankan keimanan mereka karena siksaan kafir Quraisy. Kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dari mereka mungkin tidak bisa dibayangkan oleh orang-orang di zaman para sahabat apalagi umat Islam pada zaman sekarang ini.
Semenjak keislamannya diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy, keluarga Amar bin Yasir tak luput dari penganiayaan dan penyiksaan. Mereka diseret keluar menuju tanah lapang oleh kaum musyrikin yang dipimpin oleh Abu Jahal di siang hari yang panas dan menyengat. Mereka disiksa dicambuk hingga punggung mereka berdarah-darah. Lebih dari itu mereka disiksa dengan besi panas ditempelkan ke dadanya. Hingga sang ayah, Yasir bin Amir menjemput kesyahidan dalam siksaan tersebut. Sedangkan ibunya Sumayyah binti Kubbath ditusuk  oleh Abu Jahal pada kemaluannya dengan tombak hingga meninggal dunia.
Setelah itu kaum musyrikin tak henti-hentinya menyiksa Ammar dengan menjemurnya, meletakan batu besar panas di atas dadanya hingga penderitaan yang amat sangat dan hilang kesadaran akalnya. Kala itu mereka berkata kepadanya, “Kami akan terus menyiksamu  hingga engkau mencaci Muhammad atau mengatakan sesuatu yang baik terhadap Lata dan Uzza”. Maka, dia pun dengan terpaksa menyetujui hal tersebut. Setelah kejadian itu, dia mendatangi Rasulullah SAW sambil menangis dan meminta maaf atas hal tersebut kepada beliau. Ketika itu turunlah ayat;
“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapatkan kemurkaan dari Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir pada hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)..” (QS. An-Nahl : 106)
Diriwayatkan dari Utsman, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Bersabarlah seperti kesabaran keluarga Yasir, karena yang dijanjikan kepada kalian adalah surga.”
Apakah kita pantas mengeluh kepada Allah atas musibah yang menimpa kita, yang jauh lebih ringan dibandingkan penderitaan dan siksaan yang pernah dialami oleh keluarga Ammar bin Yasir? Bahkan sebagian dari saudara kita yang  mengaku kaum muslimin justru ketika mengalami kesusahan mereka mendatangi dukun-dukun, meminta jimat-jimat yang sama sekali tidak akan mendatangkan manfaat bagi mereka.
Ketika kita menerima sebuah ujian dan cobaan hidup hendaklah kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan senantiasa bersabar menjalaninya. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan ujian dan cobaan yg melebihi kekuatan hambaNya.
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al Insyiroh ayat 6-7)
Apabila kita sedang dilanda kesulitan dan kegelisahan maka kita dianjurkan memperbanyak doa seperti yang diajarkan oleh Rosulullah SAW berdasarkan hadits berikut
Rasulullah SAW memperbanyak do’a: “Ya Alloh, aku berlindung kepadaMu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalas-an, dari sifat pengecut dan bakhil serta dari tidak mampu membayar hutang dan dari penguasaan orang lain.” (HR. Al-Bukhari).

sumber : http://www.fimadani.com/

Ceramah Dari Konsultan Bidang Kesehatan Ibu dr. Hj. Nahwa Arkhaesi, M,Si, Med, Sp.A Di LKSA Riyaadlul Jannah

Ahad, 10 Desember 2023 pengurus dan pengasuh LKSA Riyaadlul Jannah mengadakan pertemuan bulanan yang sudah lama berhenti. Kegiatan tersebu...